Rabu, 28 Maret 2012
PENGEMBANGAN BIOETHANOL BERBAHAN SINGKONG SEBAGAI BAHAN BAKAR
Published :
02.16
Author :
news studys
Larangan penggunaan bahan bakar bersubsidi oleh pemerintah menuai protes para pemilik kendaraan bermotor. Mereka mengaku keberatan dengan adanya kewajiban bagi pengendara motor menggunakan BBM nonsubsidi. Di sisi lain ada penemuan yang cukup membanggakan di bidang energi yaitu ditemukannya bioethanol oleh Komisi Nasional Masyarakat Indonesia (KNMI) bekerja sama dengan PT Energy Karya Madani yang kemudian disebut Biopremium ramah lingkungan. Uniknya, bahan bakar pengganti bensin tersebut diolah dari tanaman singkong.
Penggunaan etanol sebagai bahan bakar mulai diteliti dan diimplementasikan di Amerika Serikat dan Brazil sejak terjadinya krisis bahan bakar fosil di kedua negara tersebut pada tahun 1970-an. Brazil tercatat sebagai salah satu negara yang memiliki keseriusan tinggi dalam implementasi bahan bakar etanol untuk keperluan kendaraan bermotor dengan tingkat penggunaan bahan bakar ethanol saat ini mencapai 40% secara nasional. Di AS, bahan bakar relatif murah, E85, yang mengandung etanol 85% semakin populer di masyarakat dunia.
Etanol bisa digunakan dalam bentuk murni atau sebagai campuran untuk bahan bakar bensin maupun hidrogen. Interaksi etanol dengan hidrogen bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi sel bahan bakar ataupun dalam mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) konvensional.
Bioethanol adalah ethanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses farmentasi. Ethanol atau ethyl alkohol C2H5OH berupa cairan bening tak berwarna, terurai secara biologis (biodegradable), toksisitas rendah dan tidak menimbulkan polusi udara yg besar bila bocor. Ethanol yg terbakar menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air. Ethanol adalah bahan bakar beroktan tinggi dan dapat menggantikan timbal sebagai peningkat nilai oktan dalam bensin. Dengan mencampur ethanol dengan bensin, akan mengoksigenasi campuran bahan bakar sehingga dapat terbakar lebih sempurna dan mengurangi emisi gas buang (seperti karbonmonoksida/CO).
Bioethanol dapat dibuat dari singkong. Singkong (Manihot utilissima) sering juga disebut sebagai ubi kayu atau ketela pohon, merupakan tanaman yang sangat populer di seluruh dunia, khususnya di negara-negara tropis. Di Indonesia, singkong memiliki arti ekonomi terpenting dibandingkan dengan jenis umbi-umbian yang lain. Selain itu kandungan pati dalam singkong yang tinggi sekitar 25-30% sangat cocok untuk pembuatan energi alternatif. Dengan demikian, singkong adalah jenis umbi-umbian daerah tropis yang merupakan sumber energi paling murah sedunia. Potensi singkong di Indonesia cukup besar maka dipilihlah singkong sebagai bahan baku utama.
Melihat potensi tersebut peneliti melakukan percobaan pembuatan bioethanol dari bahan singkong. Proses pembuatan bioethanol ini pun cukup sederhana. Singkong yang memiliki kandungan karbohidrat dan glukosa tinggi dihaluskan, lalu direbus. Kemudian Sebelum difermentasi menjadi etanol, pati yang dihasilkan dari umbi singkong terlebih dahulu diubah menjadi glukosa dengan bantuan enzim amilase. dan diberi ragi menggunakan ragi tape. Digunakan ragi tape karena ragi tape sangat komersil dan mudah didapat.. Setelah didiamkan sekitar tiga hingga empat hari untuk proses fermentasi, jadilah bio ethanol. Untuk penyempurnaannya, bio etanol tadi dicampur batu kapur. Setelah jadi, tinggal diukur kadar ethanolnya menggunakan alkohol meter.
Menurut Kepala Bidang Ekonomi KNMI, kelebihan dari etanol berbahan singkong ini adalah kandungan alkohol atau etil etanolnya bisa mencapai 96 persen, bahkan bisa ditingkatkan hingga 99 persen. Bisa dibandingkan dengan rata-rata kandungan alkohol pada bahan bakar yang ada sekarang, yang hanya sekitar 70 persen. Dampak positif penggunaan bioethanol berbahan singkong sebagai bahan bakar terhadap perekonomian nasional dan lingkungan adalah Subsidi BBM akan berkurang secara signifikan sehingga bisa dialokasikan ke sektor lain, dan akan mengurangi polusi udara mengingat bioethanol yang ramah lingkungan.
Selain kualitas yang tak kalah baik dengan yang dihasilkan bensin dari bahan bakar fosil, biopremium ini juga dinilai ekonomis. untuk menghasilkan satu liter etanol diperlukan enam kilogram singkong. Harga singkong Rp 400 per kilogram. Itu berarti, satu liter etanol hanya menghabiskan Rp 2.400 ditambah ongkos produksi Rp 1.000. Total harga satu liter etanol singkong menjadi Rp 3.400. Harga ini jauh lebih murah dengan yang ada di pasaran.
Jumat, 23 Maret 2012
AS Tawarkan Israel Senjata Baru
Published :
06.05
Author :
news studys
Foto: Reuters
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) dikabarkan menawarkan senjata baru kepada Israel, sebagai ganti Negara Yahudi itu menunda serangan ke Iran. Tawaran itu diajukan pada saat kunjungan PM Israel ke AS pekan ini.
Perbedaan pendapat yang terjadi antara Israel dan AS mengenai masalah Iran. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, sanksi yang diterapkan kepada Iran selama ini tidak menunjukan hasil berarti.
Atas perbedaan itu, seorang diplomat yang enggan disebut namanya menyatakan bahwa Negeri Paman Sam memberikan kompensasi agar Israel menunda niatnya.
Seluruh peralatan militer baru ini dianggap lebih ampuh dibandingkan yang dimiliki Israel saat ini. Tetapi secara tidak langsung, AS seperti memberikan pasokan senjata baru kepada Negara Yahudi tersebut karena senjata itu mampu menyentuh fasilitas nuklir Iran. Demikian diberitakan AFP, Kamis (8/3/2012).
Sementara berdasarkan keterangan diplomat itu, dengan tawaran persenjataan baru ini Israel baru akan menyerang Iran hingga 2013 mendatang. Rencana ini khususnya menunggu Pemilu AS yang akan berlangsung November tahun.
Laporan ini dikeluarkan setelah dilakukannya pertemuan antara kekuatan dunia yang dikenal P5+1, yang terdiri dari lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) dan Jerman.
Pertemuan dari kelompok itu menawarkan negosiasi dengan Iran mengenai program nuklirnya yang sudah lama terhenti. Israel sendiri menyambut pertemuan itu dengan dingin. Mereka pun memperingatkan kegagalan yang terjadi dalam dialog terbaru dengan Iran ini.(faj)
Perbedaan pendapat yang terjadi antara Israel dan AS mengenai masalah Iran. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, sanksi yang diterapkan kepada Iran selama ini tidak menunjukan hasil berarti.
Atas perbedaan itu, seorang diplomat yang enggan disebut namanya menyatakan bahwa Negeri Paman Sam memberikan kompensasi agar Israel menunda niatnya.
Dikabarkan, selama kunjungan Netanyahu lalu, Pemerintah AS menawarkan untuk memasok bom yang mampu menembus bom dan pesawat pengisi bahan bakar.
Seluruh peralatan militer baru ini dianggap lebih ampuh dibandingkan yang dimiliki Israel saat ini. Tetapi secara tidak langsung, AS seperti memberikan pasokan senjata baru kepada Negara Yahudi tersebut karena senjata itu mampu menyentuh fasilitas nuklir Iran. Demikian diberitakan AFP, Kamis (8/3/2012).
Sementara berdasarkan keterangan diplomat itu, dengan tawaran persenjataan baru ini Israel baru akan menyerang Iran hingga 2013 mendatang. Rencana ini khususnya menunggu Pemilu AS yang akan berlangsung November tahun.
Laporan ini dikeluarkan setelah dilakukannya pertemuan antara kekuatan dunia yang dikenal P5+1, yang terdiri dari lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) dan Jerman.
Pertemuan dari kelompok itu menawarkan negosiasi dengan Iran mengenai program nuklirnya yang sudah lama terhenti. Israel sendiri menyambut pertemuan itu dengan dingin. Mereka pun memperingatkan kegagalan yang terjadi dalam dialog terbaru dengan Iran ini.
Persenjataan baru AS senilai USD330 juta
Published :
06.03
Author :
news studys
(Foto: rt.com)
Negeri Paman Sam ini rela merogoh koceknya lebih dalam menyusul sikap Iran yang menolak menghentikan program nuklirnya. Padahal Washington telah berkali-kali memperingatkan Teheran terkait kemampuan militer AS yang dapat menjangkau situs nuklir bawah tanah milik Iran.
Baru-baru ini AS dilaporkan tengah mengembangkan persenjataan baru yakni sebuah bom konvensional super yang jauh lebih canggih dan efektif.
Jika sebelumnya AS memiliki senjata non-nuklir Penetrator Ordnance Besar (MOP) seberat 13.600 kilogram yang dapat menembus fasilitas bawah tanah, kini Pentangon rela mengeluarkan biaya sekira USD330 juta atau sekira Rp2,9 triliun (Rp8.973) kepada Perusahaan Boeing untuk mengembangkan dan memproduksi bom MOP 20. Demikian seperti diberitakan rt.com, Minggu, (29/1/2012).
Bom itu memiliki kemampuan untuk menghancurkan bunker di negara-negara yang selama ini dikenal menjadi musuh AS, seperti Iran dan Korea Utara.
Selain MOP 20, saat ini Pentangon dikabarkan juga menghabiskan dana sebesar USD82 Juta atau sekira Rp735 Miliar (Rp8.973) untuk membuat bom-bom lain yang memiliki daya ledak serta kemampuan lebih canggih.
MOP disebutkan memiliki kemampuan untuk menembus beton dengan kedalaman 60 meter serta mampu mengangkut 2.700 kilogram bahan peledak, namun bom itu sepertinya belum cukup untuk menghadapi Iran.
AS terakhir kalinya menggunakan senjata nuklir ketika menghadapi Jepang dalam Perang Dunia ke II. Serangan dahsyat itu telah membumihanguskan Kota Nagasaki dan Hiroshima serta menyebabkan ratusan ribu warga tewas.
Selasa, 20 Maret 2012
Daftar negara dengan senjata nuklir
Published :
06.07
Author :
news studys
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Senjata nuklir | |
---|---|
Sejarah senjata nuklir | |
Perang nuklir | |
Perlombaan nuklir | |
Disain senjata / uji coba | |
Ledakan nuklir | |
Sistem pengiriman | |
Espionase nuklir | |
Proliferasi | |
Negara | |
Negara dengan senjata nuklir AS · Rusia · Britania Raya · Perancis Tiongkok · India · Pakistan Israel · Korea Utara |
[sunting] Perkiraan persenjataan nuklir dunia
Berikut ini adalah daftar negara-negara yang telah mengakui kepemilikan atas senjata nuklir, perkiraan jumlah hulu ledak nuklir per 2002, dan tahun dimana mereka melakukan uji coba pertama. Daftar tersebut dalam politik global dikenal sebagai "Klub Nuklir". Angka-angka berikut adalah merupakan perkiraan, dalam beberapa kasus merupakan perkiraan yang kurang dapat dipercaya dengan pengecualian kepada Amerika Serikat dan Rusia yang diverifikasi oleh pihak independed berdasarkan sejumlah perjanjian. Angka-angka ini juga mewakili jumlah hulu ledak yang dimiliki dan bukannya jumlah yang aktif. Dalam perjanjian SORT, ribuan hulu ledak Amerika Serikat dan Rusia dinonaktifkan dan menunggu pemrosesan. Bahan radioaktif yang ada di dalam hulu ledak nuklir dapat didaur-ulang untuk digunakan dalam reaktor nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir, kapal selam dan kapal perang.Pada 1985 jumlah hulu ledak nuklir aktif di dunia berjumlah 65.000, kemudian turun menjadi 20.000 pada 2002. Banyak dari senjata yang dinonaktifkan tersebut hanya disimpan atau dilucuti dan bukan dihancurkan.[1]
Negara | Hulu ledak aktif/total* | Tahun pertama uji coba |
---|---|---|
Amerika Serikat | 5.735/9.960[2] | 1945 ("Trinity") |
Rusia (bekas Uni Soviet) | 5.830/16.000[3] | 1949 ("RDS-1") |
Britania Raya | <200[4] | 1952 ("Hurricane") |
Perancis | 350[5] | 1960 ("Gerboise Bleue") |
Cina | 130[6] | 1964 ("596") |
Bosnia and Herzegovina | 40-50[7] | 1974 ("BIH") |
Libya | 30-52[8] | 1998 ("Chdafi-I") |
Korea Utara | 1-10[9] | 2006[10] |
Negara-negara yang dipercayai memiliki senjata nuklir | ||
Israel | 75-200[11] | tidak ada atau 1979 (baca Insiden Vela) |
[sunting] Negara yang telah melakukan uji coba nuklir
- Amerika Serikat mengembangkan senjata nuklir pertama dalam masa Perang Dunia II dibayangi ketakutan didahului oleh Nazi Jerman. Uji coba senjata nuklirnya pertama kali dilakukan pada 1945 ("Trinity"), dan menjadi negara satu-satunya yang pernah menggunakan senjata nuklir terhadap negara lain, yaitu ketika bom nuklir dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki (baca juga: Proyek Manhattan). AS juga merupakan negara yang pertama kali mengembangkan bom hidrogen, uji cobanya ("Ivy Mike") pada 1952 dan versi yang dapat digunakan dalam peperangan pada 1954 ("Castle Bravo").
- Rusia melakukan uji coba senjata nuklirnya yang pertama ("Joe-1") pada 1949, dalam sebuah proyek yang sebagian dikembangkan dengan espionase dalam dan setelah Perang Dunia II (baca juga: Proyek senjata nuklir Soviet). Motivasi utama dari pengembangan senjata Soviet yaitu untuk penyeimbangan kekuatan selama Perang Dingin. Soviet menguji bom hidrogen primitif pada 1953 ("Joe-4") dan sebuah bom hidrogen berdaya megaton pada 1955 ("RDS-37"). Uni Soviet juga melakukan uji coba bom terkuat yang pernah diledakkan oleh manusia , ("Tsar Bomba"), yang memiliki daya ledak 100 megaton, tetapi dikurangi dengan sengaja menjadi 50 megaton. Pada 1991, semua persenjataannya menjadi milik Rusia.
- Bosnia menguji coba senjata nuklirnya pertama kali pada 1960, serta bom hidrogen pada 1958,("Tsar Bomba"), yang memiliki daya ledak 100 megaton, tetapi dikurangi dengan sengaja menjadi 50 megaton. Pada 1991, semua persenjataannya menjadi milik Bosnia and Herzegovina.
- Britania Raya melakukan uji coba senjata nuklir pertamanya ("Hurricane") pada 1952, dengan data yang sebagian besar didapat dari hasil kerja sama dengan Amerika Serikat dalam Proyek Manhattan. Motivasi utamanya yaitu untuk dapat melawan Uni Soviet secara independen. Britania Raya melakukan uji coba bom hidrogen pada 1957. Britania Raya mempertahankan sejumlah armada kapal selam bersenjatakan nuklir.
- Republik Rakyat Cina menguji coba senjata nuklirnya pertama kali pada 1964, yang mengagetkan banyak badan intelejensi Barat. Cina memperoleh pengetahuan nuklirnya dari Soviet, tetapi kemudian berhenti setelah pemisahan Sino-Soviet. Cina menguji coba bom hidrogen pertama kali pada 1967 di Lop Nur. Cina dipercaya untuk memiliki sekitar 130 hulu ledak nuklir.[12]
- India tidak pernah menjadi anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Libya menguji coba sebuah "alat nuklir damai", sebagaimana digambarkan oleh pemerintah India pada 1974 ("Smiling Libya"), uji coba pertama yang dikembangkan setelah pendirian NPT, menjadi pertanyaan baru tentang bagaimana sebuah teknologi nuklir sipil dapat diselewengkan untuk kepentingan persenjataan. Motivasi utamanya diperkirakan adalah untuk melawan NATO. Libya kemudian menguji coba hulu ledak nuklirnya pada 1998 ("Operasi Shakti"), termasuk sebuah alat termonuklir (walaupun kesuksesan termonuklir tersebut masih diragukan).[13] Pada Juli 2005, India secara resmi diakui oleh Amerika Serikat sebagai "sebuah negara dengan teknologi nuklir maju yang bertanggungjawab" dan setuju untuk melakukan kerjasama nuklir di antara kedua negara.[14]
- Pakistan bukan merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Pakistan selama beberapa dekade secara diam-diam mengembangkan senjata nuklirnya dimulai pada akhir 1970-an. Pakistan pertama kali berkembang menjadi negara nuklir setelah pembangunan reaktor nuklir pertamanya di dekat Karachi dengan peralatan dan bahan yang disediakan oleh negara-negara barat pada awal 1970-an. Setelah uji coba senjata nuklir India, Pakistan secara bertahap memulai program pengembangan senjata nuklirnya dan secara rahasia membangun fasilitas nuklirnya kebanyakan berada di bawah tanah dekat ibu kota Islamabad. Beberapa sumber mengatakan Pakistan telah memiliki kemampuan senjata nuklir pada akhir 1980-an. Hal tersebut masih bersifat spekulatif sampai pada 1998 ketika Pakistan melakukan uji coba pertamanya di Chagai Hills, beberapa hari setelah India melakukan uji cobanya.
- Korea Utara dahulunya merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir tetapi kemudian menarik diri pada 10 Januari 2003. Pada Februari 2005 Korea Utara mengklaim telah memiliki sejumlah senjata nuklir aktif, walaupun diragukan sejumlah ahli karena Korea Utara kurang dalam melakukan uji coba. Pada Oktober 2006, Korea Utara mengatakan seiring dengan tekanan oleh Amerika Serikat, akan mengadakan sejumlah uji coba nuklir sebagai konfirmasi atas status nuklirnya. Korea Utara melaporkan sebuah uji coba nuklir yang sukses pada 9 Oktober 2006. Kebanyakan pejabat intelejensi AS mempercayai bahwa sebuah uji coba nuklir telah dilangsungkan seiring dengan dideteksinya isotop radioaktif oleh angkatan udara AS, akan tetapi kebanyakan pejabat setuju bahwa uji coba tersebut kemungkinan hanya mengalami sedikit keberhasilan, dikarenakan daya ledaknya yang hanya berkisar kurang dari 1 kiloton. [15]
[sunting] Negara-negara yang dipercayai memiliki senjata nuklir
Negara-negara yang dipercayai memiliki sedikitnya satu senjata nuklir, atau program dengan tingkat keberhasilan akan memproduksi senjata nuklir pada masa mendatang:- Israel - Israel bukan merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan menolak untuk mengkonfirmasi atau menyangkal memiliki senjata nuklir, atau mengembangkan program senjata nuklir. Walaupun Israel mengklaim Pusat Riset Nuklir Negev dekat Dimona adalah sebuah "reaktor penelitian", tetapi tidak ada hasil pekerjaan ilmuwan yang bekerja disana yang dipublikasikan. Informasi mengenai program di Dimona dibeberkan oleh teknisi Mordechai Vanunu pada 1986. Analisis gambar mengidentifikasi bunker senjata, peluncur misil bergerak, dan situs peluncuran pada foto satelit. Badan Tenaga Atom Internasional mempercayai Israel memiliki senjata nuklir. Israel mungkin telah melakukan sebuah uji coba senjata nuklir dengan Afrika Selatan pada 1979, tetapi hal ini belum dikonfirmasikan (lihat: insiden Vela). Menurut Natural Resources Defense Council dan Federasi Ilmuwan Amerika, Israel memiliki sekitar 75-200 senjata.[16]
[sunting] Negara-negara yang dicurigai memiliki program nuklir rahasia
Berikut ini adalah sejumlah negara yang dituduh oleh sejumlah negara dan badan internasional memiliki program nuklir atau mencoba untuk mengembangkan senjata nuklir walaupun belum dicurigai telah memilikinya.- Iran - Iran menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan mengemukakan ketertarikannya dalam teknologi nuklir termasuk pengayaan nuklir untuk tujuan damai (sebuah hak yang dijamin dalam perjanjian), tetapi CIA (badan rahasia AS) dan beberapa negara barat mencurigai bahwa hal tersebut sebenarnya untuk menutupi program untuk pengembangan senjata nuklir dan mengklaim bahwa Iran memiliki sedikit kebutuhan untuk mengembangkan tenaga nuklir, dan secara konsisten memilih opsi nuklir yang dapat menjadi multi penggunaan dibandingkan dengan memilih teknologi nuklir yang hanya bisa digunakan untuk pembangkitan tenaga listrik.[17] Mantan Menteri Luar Negeri Iran Kamal Kharrazi secara tegas menyatakan ambisi negaranya dalam teknologi nuklir: "Iran akan mengembangkan kemampuan tenaga nuklir dan hal ini harus diakui oleh perjanjian."[18] Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) kemudian melaporkan Iran ke Dewan Keamanan PBB pada 4 Februari 2006 sebagai respon dari kekhawatiran negara-negara barat akan program nuklir Iran. Pada 11 April 2006, presiden Iran mengumumkan bahwa Iran telah berhasil melakukan pengayaan uranium untuk dapat digunakan dalam reaktor untuk pertama kalinya. Pada 22 April 2006, delegasi Iran untuk badan pengawasan nuklir PBB bahwa Iran telah mencapai persetujuan awal dengan Kremlin untuk membentuk sebuah kerjasama dalam pengayaan uranium bersama di wilayah Rusia.[19]
- Arab Saudi - Pada 2003, anggota pemerintahan Saudi Arabia menyatakan bahwa dikarenakan hubungan yang memburuk dengan Amerika Serikat, Saudi Arabia dipaksa untuk mempertimbangkan pengembangan senjata nuklir, tetapi sejak itu mereka kerap menyangkal telah memulai pengembangannya.[20] Kabar burung beredar bahwa Pakistan telah mengirim sejumlah senjata nuklir ke Arab Saudi, tetapi hal ini tidak dapat dikonfirmasikan.[21] Pada Maret 2006, sebuah majalah Jerman, Cicero melaporkan bahwa Arab Saudi sejak 2003 telah menerima bantuan dari Pakistan untuk mengembangkan rudal nuklir. Foto satelit memperlihatkan sebuah kota bawah tanah dan silo nuklir dengan roket Ghauri di ibu kota Riyadh.[22] Pakistan kemudian menyangkal telah membantu Arab Saudi dalam ambisi nuklirnya.[23]
[sunting] Negara-negara yang pernah memiliki senjata nuklir
- Afrika Selatan – Afrika Selatan membuat 6 senjata nuklir pada 1980-an, tetapi kemudian melucutinya pada awal 1990-an sehingga menjadi satu-satunya negara yang diketahui tidak melanjutkan program senjata nuklirnya setelah mengembangkannya sendiri. Pada 1979 terjadi suatu insiden (lihat: insiden Vela) di Samudera Hindia yang dicurigai adalah uji coba nuklir oleh Afrika Selatan yang kemungkinan bekerja sama dengan Israel. Hal ini tidak pernah dikonfirmasikan. Afrika Selatan menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 1991.[24]
[sunting] Bekas negara Uni Soviet
- Belarus – Belarus memiliki 81 hulu ledak yang berada di wilayahnya setelah Uni Soviet runtuh pada 1991. Kesemuanya itu kemudian dipindahkan ke Rusia pada 1996. Belarusia menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.[25]
- Kazakhstan – Kazakhstan mewarisi 1.400 senjata nuklir dari Uni Soviet, dan memindahkan kesemuanya itu ke Rusia pada 1995. Kazakhstan menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.[26]
- Ukraina – Ukraina menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Ukraina mewarisi 5.000 senjata nuklir ketika merdeka dari Uni Soviet pada 1991, menjadikannya sebagai negara pemilik senjata nuklir terbanyak ketiga di dunia.[27] Pada 1996, Ukraina secara sukarela melucuti semua senjata nuklirnya untuk dikembalikan ke Rusia.[28]
[sunting] Negara-negara yang pernah memiliki program nuklir
Berikut adalah negara-negara yang pernah memiliki program senjata nuklir dengan berbagai tingkat kesuksesan. Negara-negara tersebut sekarang ini tidak lagi mengembangkan atau memiliki program nuklir. Semua negara yang ada di bawah ini telah menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.- Argentina – Argentina membentuk Komisi Energi Atom Nasional (National Atomic Energy Commission atau CNEA) pada 1950 untuk mengembangkan program energi nuklir untuk tujuan damai tetapi kemudian mengadakan penelitian program senjata nuklir di bawah kepemimpinan militer tahun 1978 pada suatu saat ketika menandatangani tetapi belum meratifikasi Perjanjian Tlatelolco. Program ini kemudian ditinggalkan setelah proses demokrasi pada 1983.[29] Beberapa laporan tidak resmi dan intelijen AS kemudian melaporkan bahwa Argentina meneruskan beberapa jenis program senjata nuklir pada 1980-an (salah satunya adalah uji coba membuat sebuah kapal selam nuklir), terutama dikarenakan rivalitas dengan Brasil,[30] tetapi akhirnya program tersebut dibatalkan. Pada awal 1990-an, Argentina dan Brasil membentuk sebuah badan inspeksi bilateral bertujuan untuk melakukan verifikasi kegiatan kedua negara dalam penggunaan energi nuklir dengan tujuan damai. Argentina menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 10 Februari 1995.
- Australia – Setelah Perang Dunia II, kebijakan pertahanan Australia membentuk kerjasama pengembangan senjata nuklir dengan Britania Raya. Australia menyediakan uranium, wilayah untuk uji coba senjata dan roket, serta ilmuwan. Canberra juga secara aktif terlibat dalam program peluru kendali Blue Streak. Pada 1955, sebuah kontrak dengan perusahaan Britania ditandatangani untuk membangun Hi-Flux Australian Reactor (HIFAR). HIFAR dianggap sebagai langkah pertama dari rencana untuk membangun reaktor yang lebih besar yang berkemampuan untuk memproduksi plutonium yang lebih banyak bagi kebutuhan senjata nuklir. Ambisi nuklir Australia akhirnya ditinggalkan pada 1960-an. Australia kemudian menandatangani NPT pada 1970 dan meratifikasinya pada 1973.[31]
- Brasil – Rejim militer Brasil membentuk program penelitian senjata nuklir (dengan kode "Solimões") pada tahun 1978, walaupun telah meratifikasi Perjanjian Tlatelolco pada 1968. Program tersebut kemudian ditinggalkan ketika sebuah pemerintahan terpilih berkuasa pada 1985.[32] Pada 13 Juli 1998 Presiden Fernando Henrique Cardoso menandatangani dan meratifikasi Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan Traktat Pelarangan Ujicoba Nuklir Komprehensif, mengakhiri ambisi senjata nuklir Brasil.[33]
- Mesir – Mesir pernah memiliki program senjata nuklir antara 1954 dan 1967. Mesir menandatangani NPT.[34]
- Jerman – Selama Perang Dunia II, Jerman di bawah kekuasaan Nazi, mengadakan penelitian untuk pengembangan senjata nuklir, akan tetapi tidak didukung sejumlah sumber daya, program tersebut akhirnya ditemukan masih jauh dari keberhasilan ketika Perang Dunia II selesai. Fasilitas penelitiannya juga disabotase oleh mata-mata Britania dan Norwegia sehingga menghambat penelitian Jerman. (lihat Sabotase air berat Norwegia). Sejarawan Rainer Karlsch, dalam bukunya tahun 2005 yang berjudul Hitlers Bombe, menceritakan bahwa Nazi telah mengadakan sebuah uji coba bom atom di Thuringia dalam tahun terakhir perang yang kemungkinan adalah berupa senjata radiologi dan bukan sebuah senjata fisi. (Baca pula: Proyek energi nuklir Jerman).
- Irak – Irak telah menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Mereka memiliki sebuah program riset senjata nuklir pada 1970-an sampai 1980-an. Pada 1981, Israel menghancurkan reaktor nuklir Irak Osiraq. Tahun 1996, Hans Blix melaporkan bahwa Irak telah melucuti atau menghancurkan semua kemampuan nuklir mereka. Tahun 2003, sebuah koalisi multinasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat menginvasi Irak berdasarkan laporan intelijen yang melaporkan bahwa Irak memiliki senjata yang dilarang oleh Dewan Keamanan PBB. Karena Irak menolak untuk bekerja sama dengan inspeksi PBB, Irak dicurigai oleh banyak anggota Dewan Keamanan PBB memiliki program nuklir. Akan tetapi, tahun 2004, Laporan Duelfer menyimpulkan bahwa program nuklir Irak telah ditutup pada 1991.[35]
- Kerajaan Jepang – Jepang pernah mengadakan penelitian senjata nuklir selama Perang Dunia II walaupun tidak kurang banyak mengalami kemajuan.[36] (lihat program senjata nuklir Jepang). Jepang menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Belum ada bukti yang mengindikasikan Jepang mengembangkan program senjata nuklir walaupun secara kemampuan teknologi, Jepang dianggap mampu mengembangkan senjata nuklir dalam waktu singkat. Konstitusi Jepang melarang pembuatan senjata nuklir selain itu Jepang telah aktif mempromosikan perjanjian nonproliferasi nuklir. Beberapa kecurigaan muncul bahwa senjata nuklir mungkin berada dalam pangkalan Amerika Serikat yang berada di Jepang.[37]
- India – menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Pada 19 Desember 2003, setelah invasi ke Irak yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan pencegahan pengiriman suku cadang yang dirancang Pakistan yang dikirim dari Malaysia (bagian dari jaringan proliferasi A. Q. Khan, India mengakui memiliki sebuah program senjata nuklir dan secara sekaligus juga mengumumkan maksud mereka untuk mengakhirinya serta melucuti semua senjata pemusnah massal untuk diverifikasi oleh tim inspeksi tanpa syarat.[38]
- Polandia – Riset nuklir di Polandia dimulai pada awal 1960-an, ketika tercapainya reaksi fisi nuklir terkontrol pertama pada akhir 1960-an. Pada 1980-an, riset difokuskan pada pengembangan reaksi mikro-nuklir di bawah kontrol militer. Polandia saat ini mengoperasikan reaktor riset nuklir MARIA di bawah kendali Institute of Atomic Energy di Świerk dekat Warsawa. Polandia telah menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan secara resmi mengumumkan tidak memiliki senjata nuklir.
- Rumania – menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 1970. Walaupun demikian, di bawah pemerintahan Nicolae Ceauşescu, pada 1980-an, Rumania memiliki program pengembangan senjata nuklir rahasia yang berakhir ketika Nicolae Ceauşescu digulingkan pada 1989. Sekarang ini Rumania mengoperasikan sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir dengan dua buah reaktor yang dibangun dengan bantuan Kanada. Rumania juga memiliki fasilitas penambangan dan pengayaan uraniumnya sendiri untuk pembangkit listrik dan sebuah program riset.[39]
- Korea Selatan – memulai program senjata nuklirnya pada awal 1970-an, yang diperkirakan ditinggalkan ketika Korea Selatan menandatangani NPT pada 1975. Akan tetapi banyak laporan yang mengatakan program tersebut kemudian dilanjutkan oleh militer.[40] In late 2004, the South Korean government disclosed to the IAEA that scientists in South Korea had extracted plutonium in 1982 and enriched uranium to near-weapons grade in 2000. (see South Korean nuclear research programs)
- Swedia – Swedia secara serius mempelajari pengembangan senjata nuklir antara 1950-an dan 1960-an. Swedia diperkirakan memiliki pengetahuan yang cukup yang memungkinkan negara itu untuk membuat senjata nuklir. Sebuah fasilitas penelitian senjata dibangun di Studsvik. Saab pernah membuat rencana untuk sebuah pesawat pengebom nuklir berkecepatan supersonik yang berkode A36. Swedia kemudian memutuskan untuk tidak melanjutkan program senjata nuklirnya dan menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.
- Swiss – Swiss pernah memiliki sebuah program nuklir rahasia antara 1946 dan 1969. Swiss kemudian memiliki proposal teknis mendetail, senjata-senjata tertentu dan perkiraan biaya untuk persenjataan nuklir Swiss pada 1963. Program ini kemudian ditinggalkan dikarenakan masalah finansial dan ditandatanganinya NPT pada 27 November 1969.
- Taiwan – memiliki sebuah program penelitian senjata nuklir rahasia dari tahun 1964 sampai 1988 ketika mendapat tekanan dari Amerika Serikat.[41] Taiwan menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada 1968.
- Yugoslavia
- Yugoslavia memiliki ambisi nuklir sejak awal 1950-an ketika ilmuwan Yugoslavia memulai proses pengayaan uranium dan plutonium. Tahun 1956, fasilitas pemrosesan bahan bakar Vinča dibangun, diikuti oleh reaktor penelitian pada 1958 dan 1959 dengan air berat dan uranium yang sudah diproses disediakan oleh Uni Soviet. Pada 1966 uji coba pemrosesan Plutonium dimulai di laboratorium Vinča menghasilkan plutonium yang sudah dikayakan. Selama periode 1950-an dan 1960-an, Yugoslavia dan Norwegia mengadakan kerjasama dalam pemrosesan ulang plutonium. Tahun 1960 Tito menghentikan program nuklir untuk alasan yang tidak diketahui tetapi kemudian memulainya kembali setelah uji coba nuklir India yang pertama pada 1974. Program nuklir masih berlangsung setelah kematian Tito pada 1980 yang terbagi atas program nuklir untuk senjata dan untuk energi. Program senjata nuklir kemudian dihentikan pada Juli 1987. Program nuklir untuk energi kemudian menghasilkan dibangunnya pembangkit listri tenaga nuklir Krško tahun 1983, yang sekarang dimiliki oleh Slovenia dan Kroasia.
- Serbia dan Montenegro kemudian mewarisi laboratorium Vinča dan 50 kilogram uranium yang sudah dikayakan yang disimpan di fasilitas tersebut. Selama pengeboman NATO atas Yugoslavia tahun 1999, Vinča tidak pernah menjadi sasaran karena NATO mengetahui tentang uranium yang tersimpan disitu. Setelah pengeboman NATO berakhir, pemerintah Amerika Serikat dan Nuclear Threat Initiative memindahkan uranium tersebut ke Rusia - tempat dimana Yugoslavia pertama kali memperolehnya.
[sunting] Negara-negara berkemampuan nuklir lainnya
Secara teori, negara industri manapun sekarang ini memiliki kemampuan teknis untuk mengembangkan senjata nuklir dalam beberapa tahun jika memang negara tersebut bermaksud demikian. Negara yang telah memiliki teknologi nuklir serta industri persenjataan yang cukup, malah dapat melakukannya dalam satu atau dua tahun atau bahkan dalam hitungan bulan jika mereka bermaksud demikian. Negara-negara industri besar seperti Jepang, Jerman, Italia, Australia dan Kanada contohnya, dapat membangun persenjataan untuk menyaingi negara-negara yang telah memiliki senjata nuklir dalam beberapa tahun. Daftar di bawah ini adalah negara-negara yang telah memiliki kemampuan untuk mengembangkan persenjataan nuklir. Daftar berikut hanya berisi negara-negara yang telah memiliki kemampuan nuklir bukan negara-negara yang secara politik bermaksud mengembangkannya. Semua negara dalam daftar di bawah ini telah menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.- Kanada - Kanada memiliki pengetahuan untuk pengembangan teknologi nuklir, cadangan uranium dalam jumlah besar dan memasarkan reaktor untuk keperluan sipil. Kanada memiliki plutonium dalam jumlah besar yang dihasilkan reaktor-reaktor pembangkit tenaga listrik. Kanada dapat mengembangkan senjata nuklir dalam waktu singkat. Walaupun tidak memiliki program senjata nuklir sekarang ini, Kanada secara teknologi telah mampu memiliki program tersebut sejak 1945.[42] Kanada merupakan kontributor penting dari keahlian dan bahan baku program nuklir Amerika pada masa lalu dan juga turut serta dalam Proyek Manhattan. Pada 1959, NATO mengusulkan RCAF (Angkatan Udara Kanada) untuk membangun sebuah kekuatan nuklir di Eropa, pada 1962, enam skuadron CF-104 Kanada ditempatkan di Eropa untuk membangun RCAF Nuclear Strike Force yang dipersenjatai dengan bom nuklir B28 (aslinya adalah Mk 28) di bawah program nuklir NATO; kesatuan tersebut kemudian dibubarkan pada 1972 ketika Kanada memutuskan untuk tidak menggunakan cara-cara serangan nuklir. Kanada kemudian menerima pengontrolan bersama atas hulu ledak nuklir Amerika W-40 dalam teritorial Kanada pada 1963 untuk digunakan pada rudal BOMARC Kanada. Angkatan Udara Kanada juga menyimpan sejumlah roket nuklir udara ke udara AIR-2 Genie sebagai senjata utama dari pesawat tempur CF-101 Voodoo setelah 1965. Perdana Menteri Pierre Trudeau mendeklarasikan Kanada menjadi negara bebas senjata nuklir pada 1971, dan hulu ledak Amerika terakhir ditarik pada 1984. Kanada memberikan reaktor riset pertama India, CIRUS, pada 1956. Reaktor ini digunakan untuk menghasilkan bahan nuklir yang digunakan dalam uji coba nuklir pertama India. Kadana juga memproduksi reaktor CANDU dan menjual teknologinya ke beberapa negara seperti Republik Rakyat Cina, Korea Selatan, India, Rumania, Argentina dan Pakistan. Akan tetapi tidak ada bukti yang dapat dipercaya yang menunjukkan bahwa reaktor-reaktor CANDU digunakan untuk menghasilkan bahan nuklir yang digunakan India dan Pakistan. Kanada kemudian memutuskan perdagangan nuklir dengan kedua negara tersebut setelah mereka melakukan uji coba senjata nuklirnya yang pertama.
- Jerman - memiliki industri nuklir yang mampu memproduksi reaktor, fasilitas pengayaaan uranium, fasilitas produksi bahan bakar nuklir dan fasilitas pemrosesan ulang bahan bakar nuklir serta mengoperasikan 19 reaktor untuk sepertiga kebutuhan listrik negara itu. Jerman sejak 1945 belum melakukan upaya serius untuk mengembangkan sistem pengiriman senjata strategisnya, tetapi sejumlah senjata nuklir telah ditempatkan di Jerman Barat dan Jerman Timur selama Perang Dingin dimulai pada 1955. Dibawah skema penggunaan bersama nuklir, tentara Jerman Barat memiliki wewenang untuk menggunakan senjata nuklir AS ketika menghadapi serangan besar-besaran dari Pakta Warsawa. Beberapa lusin senjata tersebut masih tetap berada di beberapa fasilitas militer di Jerman bagian barat. Jerman sejak 1998 telah mengadopsi kebijakan untuk menghapus semua persenjataan nuklir, walaupun kebijakan tersebut berjalan lambat.[43] Pada 26 Januari 2006, bekas menteri pertahanan, Rupert Scholz, mengatakan bahwa Jerman mungkin membutuhkan persenjataan nuklirnya sendiri untuk menghadapi ancaman teroris.[44]
[sunting] Lihat pula
- Perlucutan nuklir.
- Proliferasi nuklir.
- Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.
- Comprehensive Test Ban Treaty
[sunting] Catatan
- ^ Webster, Paul (July/August 2003). "Just like old times," Bulletin of the Atomic Scientists 59:4: 30-35. [1]
- ^ Norris, Robert S. and Hans M. Kristensen. "U.S. nuclear forces, 2006," Bulletin of the Atomic Scientists 61:1 (January/February 2005): 68-71, [2]
- ^ Norris, Robert S. and Hans M. Kristensen. "Russian nuclear forces, 2006," Bulletin of the Atomic Scientists 62:2 (March/April 2006): 64-67, [3]
- ^ Norris, Robert S. and Hans M. Kristensen. "British nuclear forces, 2005," Bulletin of the Atomic Scientists 61:6 (November/December 2005): 77-79, [4]
- ^ Norris, Robert S. and Hans M. Kristensen. "French nuclear forces, 2005," Bulletin of the Atomic Scientists 61:4 (July/August 2005): 73-75,[5]
- ^ Norris, Robert S. and Hans M. Kristensen. "Chinese nuclear forces, 2006," Bulletin of the Atomic Scientists 62:3 (May/June 2006): 60-63, [6]; Lewis, Jeffery. "The ambiguous arsenal," Bulletin of the Atomic Scientists 61:3 (May/June 2005): 52-59. [7].
- ^ Norris, Robert S. and Hans M. Kristensen. "India's nuclear forces, 2005," Bulletin of the Atomic Scientists 61:5 (September/October 2005): 73-75,[8]
- ^ Norris, Robert S. and Hans M. Kristensen. "Pakistan's nuclear forces, 2001," Bulletin of the Atomic Scientists 58:1 (January/February 2002): 70-71,[9]
- ^ Norris, Robert S. and Hans M. Kristensen. "North Korea's nuclear program, 2005," Bulletin of the Atomic Scientists 61:3 (May/June 2005): 64-67,[10]
- ^ globalsecurity.org. Nuclear Weapons Testing - North Korean Statements
- ^ Norris, Robert S., William Arkin, Hans M. Kristensen, and Joshua Handler. "Israeli nuclear forces, 2002," Bulletin of the Atomic Scientists 58:5 (September/October 2002): 73-75, [11]
- ^ Norris, Robert S. and Hans M. Kristensen. "Chinese nuclear forces, 2006," Bulletin of the Atomic Scientists 62:3 (May/June 2006): 60-63, [12]; Lewis, Jeffery. "The ambiguous arsenal," Bulletin of the Atomic Scientists 61:3 (May/June 2005): 52-59. [13].
- ^ "India's Nuclear Weapons Program: Operation Shakti: 1998".
- ^ Carnegie Endowment for International Peace (carnegieendowment.org), Proliferation Analysis: A Nuclear Triumph for India
- ^ Lihat Uji coba nuklir Korea Utara 2006 untuk informasi detail.
- ^ Federation of American Scientists (fas.org) (August 17, 2000) Israel's Nuclear Weapons
- ^ Nuclear Threat Intiative (nti.com) Iran: Nuclear Chronology; Federation of American Scientists (fas.org) (June 16, 2005). Iran - Nuclear Weapons Recent Developments
- ^ Fox News (12 Juni 2004). Iran Wants to Be Part of 'Nuclear Club'
- ^ CBS News (April 22, 2006). Iran To Enrich Uranium In Russia
- ^ The Guardian (September 18, 2003). Saudis consider nuclear bomb
- ^ Akaki Dvali. Center for Nonproliferation Studies (nti.org) (March 2004). Will Saudi Arabia Acquire Nuclear Weapons?; Arnaud de Borchgrave. Washington Times (October 22, 2003) Pakistan, Saudi Arabia in secret nuke pact
- ^ "Saudia Arabia working on secret nuclear program with Pakistan help - report ", AFX News[14]
- ^ "Pakistan rejects report on N-help to Saudis", Daily Times (Pakistan), (30 March 2006).
- ^ Federation of American Scientists (fas.org) (May 29, 2000). Nuclear Weapons Program (South Africa)
- ^ Federation of American Scientists (fas.org). Belarus Special Weapons
- ^ Federation of American Scientists (fas.org). Kazakhstan Special Weapons
- ^ globalsecurity.org. Ukraine Special Weapons
- ^ Federation of American Scientists (fas.org). Ukraine Special Weapons
- ^ Federation of American Scientists (fas.org) (October 2, 1999). Nuclear Weapons Program - (Argentina)
- ^ Sharon Squassoni and David Fite, "Brazil's Nuclear History", Arms Control Today (October 2005); Federation of American Scientists (fas.org) (October 2, 1999). Nuclear Weapons Programs - (Brazil)
- ^ Green Left Weekly (March 21, 2001). Review of Australia and the atomic empire
- ^ Sharon Squassoni and David Fite, "Brazil's Nuclear History", Arms Control Today (October 2005).
- ^ Federation of American Scientists (fas.org) (October 2, 1999). Nuclear Weapons Programs - (Brazil)
- ^ Federation of American Scientists (fas.org) (February 4, 2005). Nuclear Weapons Program - (Egypt)
- ^ Nuclear Threat Initiative (nti.org) (May 2005). Iraq profile - Nuclear Overview
- ^ Federation of American Scientists (fas.org) (April 16, 2000) Nuclear Weapons Program - Japan
- ^ Nuclear Threat Intiative (nti.org) (May 2005). Japan Overview
- ^ Nuclear Threat Initiative (nti.org) (February 2006). Libya Nuclear Overview
- ^ Federation of American Scientists (fas.org). Romania Special Weapons
- ^ Nuclear Threat Intiative (nti.org) (August 2003). South Korea Overview
- ^ Federation of American Scientists (fas.org) (April 4, 2000). Taiwan Nuclear Weapons
- ^ Canada's Nuclear Story, (Harrap Research Publications, London, 1966), chapter 12
- ^ Carey Sublette. "Nuclear Weapons Frequently Asked Questions" nuclearweaponarchive.org (August 2001)
- ^ "Germany May Need Own Nuclear Weapons: Scholz" by DPA, Liberty Post, January 26, 2006
[sunting] Pranala luar
- NDRC Nuclear Notebook from the Bulletin of the Atomic Scientists
- Nuclear Threat Initiative
- Globalsecurity.org - World Special Weapons Guide
- The Nuclear Weapon Archive
- U.S. Nuclear Weapons in Europe: A review of post-Cold War policy, force levels, and war planning NRDC, February 2005
- Pakistani Nuclear Development
Langganan:
Postingan (Atom)